“Mlayu… mlayu…” , sorak sorai teriakan kenek kopaja terdengar brisik di antara deru kendaraan. Perempatan Bank Indonesia itu selalu menjadi tempat favorit naik turunnya penumpang meskipun tidak ada halte bus di sana.

Terik panas matahari dipagi hari terasa sedikit menyengat kulitku yang telah dilumuri body lotion. Aroma parfume dan bau keringat penumpang melebur dibarengi cucuran keringat melewati lekuk tubuh dari kepala sampai lewati pantat . Baju menjadi sedikit basah dan kusut. Namun siapa yang peduli? Kursi yang reok itu berbunyi setiap kali melewati lubang jalan yang rusak.

Saat kopaja menurunkan penumpang, masuklah anak kecil dengan tanpa malu-malu. Segera dia sodorkan amplop pada setiap penumpang. Tak peduli penumpang itu berdiri, miring pinggul sampai tak bisa bergerak, mau pun penumpang yang duduk manis. Amplop tetap dibagikan sambil sesekali mengusap ingusnya “mbeler”.

Bunyi kecrek mengiringi nyanyian “putus nyambung putus nyambung putus nyambung sekarang putus besok nyambung lagi”. Suaranya melengking sember sambil meloncat loncat bebas menghentakkan kopaja yang melaju. Untunglah kekuatannya tidak cukup untuk menggoncangkan kopaja ini.

Suaara riwil kenek meminta para penumpang yang berdiri untuk bergeser untuk memberi ruang bagi penumpang baru. Sebenarnya aku sendiri juga tidak paham yang dinyanyikan itu lagunya siapa. Karena lagu itu dinyanyikan oleh seorang anak jalanan membuat atensi para penumpang tertuju ke padanya.
Setelah melewati sebuah stasiun , penumpang pun surut.

tok-tok”, minggir bang….!”, teriakku.
Kopaja belum juga berhenti … bunyi “prang” kotak aluminium tempat kartu nama jatuh tepat dibawah sepatuku. “non, restleting tasnya kebuka..!”, spontan bapak tua itu teriak.

Aku menunduk kebawah dan sesegera mungkin ngecek tas ku yang kebuka. Seorang ibu tua disampingku ikutan memunguti kartu nama yang berserakan dikaki para penumpang. Setelah kucek, ternyata tak ada satupun barang yang ilang. Antara cemas dan berusaha bersikap tenang membuatku malah terlihat kikuk.

Saat turun dari kopaja, ibu tua tadi ikut pegangan tanganku.. lha lho.. ada apa gerangan?
“adik, saya ikutan turun. Takut. ternyata se kopaja semuanya adalah pencopet.. saya tau siapa orang yang buka tas adek”, kata dia sambil tetap memegang erat lenganku.
makasih ya bu…”, ucapku.
Kami berdua akhirnya menyebrang jalan. Ibu itu tak mau melepas pegangannya.
Lho saya koq kamu bawa kesini?”, tanyanya.
Lha ibu mau kemana? “.
“Habis adek keliatan orang baik, jadi saya ikut turun. Dan saya kira adik turun itu untuk ganti kopaja, karena setelah mengetahui tas kebuka”, sahut ibu tua itu lirih.
Maka, aku pun kembali mengantarnya menyebrang jalan kearah semula.

Jambretttttttt kampret, ga mutu ..!!
(aku yang dijambret, ibu tua itu yang panik)

petuaH omith :
1. Jika ingin aman duduk lah di kursi paling belakang
2. Hindari ‘ndengerin’ radio atau pasang headset yang’ konek ke henpon’
3. Orang cantik jangan naik kopaja atau sejenisnya jika tak mau ambil resiko

selamat hari raBu..
note : foto by omith (ini)